Etika Berbisnis Secara Internasional amat sangat berbeda ketika berbisnis secara lokal. Bahkan konsekuensi ketika salah etika tidaklah ringan. Oleh karena itu perlu pengetahuan etika bisnis intenasional ketika perusaahan go international.

Etika dalam Bisnis Internasional

Studi kasus Etika Bisnis Internasional : Benpres Holdings Corp

Perusahaan induk dari Lopez Group of Companies, Filipina.

Pada tahun 1950an, Eugenio Lopez Sr. CEO dari Benpres Holdings mengatakan:

We sincerely believe that a greater proportion of the earnings accrued from business should be returned to the people whether this be in the form of foundations, grants, scholarships, hospitals or any other form of social welfare benefits. We consider this a sound policy and a good investment which, in the long run will pay off because it will mean more business and goodwill for the company and would minimize, if not prevent, the social unrest and disorder which are prevalent nowadays.

Hal ini ditindak lanjuti dengan pendirian:

  1. Eugenio Lopez Foundation
  2. ABS-CBN Foundation
  3. First Philippine Conservation
  4. SKY Foundation

Oscar Lopez ketika berbicara di Asian Forum on Corporate Social Responsibility pada tahun 2003:

“CSR must be part of the overall corporate strategy backed up by resources and management expertise, and not just an afterthought, a ‘feeling good’ statement, or merely a supplemental undertaking”

Corporate Social Responsibility / CSR Internasional

Berikut adalah beberapa jenis tanggung jawab internasional perusahaan atau biasa yang disebut CSR Internasional.

  1. Tanggung Jawab Ekonomi: Tanggung jawab utama sebuah perusahaan. Perusahaan merupakan unit ekonomi yang membuat produk untuk masyarakat, dan harus dilakukan untuk memperoleh keuntungan.
  2. Tanggung Jawab Hukum:Di sini tanggung jawab perusahaan untuk mematuhi seluruh aturan hukum dalam operasi bisnisnya. Pencarian keuntungan tentu saja tidak boleh keluar dari jalur hukum
  3. Tanggung Jawab Etika:Tanggung jawab sikap, prilaku dan cara berbisnis perusahaan yang harus dipatuhi tapi tidak dituangkan dalam aturan hukum. Tanggung jawab ini seringkali tidak ‘dijelaskan’ dengan baik tapi masyarakat pada umumnya menuntut perusahaan untuk memperhatikan etika dengan baik dalam menjalankan bisnisnya.
  4. Tanggung Jawab Kebijakan Bebas:Tanggung jawab ini merupakan hak perusahaan untuk bebas menentukan kebijakan yang dianggap dalam ruang lingkup ‘CSR’. Tapi tidak dituntut oleh masyarakat ataupun diwajibkan dalam hukum. Contoh: PT. Newmont menyediakan kursus bahasa Inggris gratis bagi warga sekitar.

Tanggung Jawab Etika

Stakeholder dan etika

  • Tanggung jawab etika dapat dianalisa sebagai sejauhmana keputusan seorang manajer internasional dapat mempengaruhi para stakeholder, yaitu mereka yang memiliki asosiasi dengan organisasi tersebut.
  • Kesulitan memenuhi kebutuhan segenap stakeholder akan semakin meningkat dengan adanya lingkungan internasional. Ini disebabkan makin banyaknya keragaman stakeholder.
  • Manajemen dalam sebuah perusahaan multinasional harus memperhatikan stakeholder di home country, host country dan masyarakat secara umum.

Perbedaan Etika dalam Bisnis Internasional

etika dalam bisnis internasional

Ada 4 sudut pandang mengenai standar etika antar negara:

  1. Etika individu; setiap individu memiliki sudut pandang tersendiri mengenai tindakan yang etis ataupun tidak. Akibatnya setiap individu atau lembaga bekerja sesuai dengan standar etikanya sendiri.
  2. Etika nasional; hal ini menempatkan masalah etika pada tingkat nasional (lokal). Di mana tidak ada standar etika yang superior dibanding stander etika bangsa lain.
  3. Etika imperialis; di sini standar etika disesuaikan dengan standar dari home country. Jika ada perbedaan standar dengan standar etika lokal maka (tetap) akan menggunakan standar dari home country.
  4. Universalisme; sudut pandang ini melihat setiap individu secara fundamental memiliki standar etika yang mirip. Mungkin ada perbedaan sedikit, tapi inti dan dasar keyakinan mengenai etika itu ada, tanpa memandang asal orang tersebut.

Manajemen Permasalahan Etika Bisnis Internasional

Corporate Codes of Conduct; di sini perusahaan multinasional dapat menerapkan standar etika sesuai dengan berbagai sudut pandang etika individu, nasional, imperialis, universal.

  • Contoh: Code of Conduct of BHP Billiton.
  • Multinational Codes of Conduct; di sini perusahaan multinasional menggunakan standar etika yang disusun oleh lembaga internasional.

Masalah Etika dalam Bisnis Internasional

A. Korupsi
Pengertian: penyalahgunaan wewenang oleh seorang (pegawai/pejabat) untuk mengeruk keuntungan pribadi.
Transparency International (Oktober 2010) memberi nilai Indonesia (urutan no 110) 2.8. Sedang Denmark (urutun no 1) diberi nilai

B. Sweatshops
Pabrik, di mana pekerjanya memiliki jam kerja yang sangat panjang dengan kondisi memprihatinkan dan diberi gaji relatif rendah dibanding mereka yang pekerjaannya sama di negara maju.

C. Buruh anak
Perusahaan berargumen bahwa mempekerjakan anak adalah hal yang etis karena dapat mengeruk keuntungan yang lebih dari bisnis dan memenangi persaingan. Termasuk juga tentara anak.

E. Ekspor limbah industri
Limbah industri negara maju diekspor (baca: dibuang) ke negara miskin atau berkembang.
Contoh: Pantai Alang, sebuah pantai di India menjadi tempat pembuangan kapal laut (dari seluruh dunia) yang rusak. 40,000 orang bekerja di sana untuk membongkar kapal-kapal tersebut.

F. Farmasi
Perusahaan multinasional yang bergerak di bidang ini mengalami kendala dalam menetapkan harga antara keinginan investor dengan rakyat negara miskin. Terutama obat untuk penyakit yang langka. Seperti HIV, AIDS, Malaria, TBC, Meningitis, dll.