Kapankah Sesuatu Dianggap Darurat dalam Islam, lalu yang Haram menjadi Halal?

| | , ,

Kaedah “Darurat membolehkan yang haram”

Efisod 1

Saat ini sering kali kita dapati orang-orang yang menghalalkan yang dilarang agama dengan hujjah keadaan darurat,bahwa darurat itu membolehkan yang harom,lama kelamaan mereka semankin bertawassu’ dan bertasaahul (bermudah-mudahan) dalam bab ini,sehingga muncul hal-hal yang tidak diinginkan berupa kemungkaran dimasyarakat kita,alasannya karena mereka tidak memahami kaedah tersebut sesuai dengan apa yang difahami oleh para ulama.

Sebelum melangkah lebih jauh ada baiknya kita fahami terlebih dahulu apa makna “DHORURAH (Darurat) ??

Ulama kita memberikan defenisi bermacam-macam,namun menurut kami ada beberapa defenisi yang paling terbaik,diantaranya apa yang diucapkan oleh Al-Imam Syihabuddin Ahmad bin muhammad Alhamawiy Al-Mishriy Al-Hanafiy didalam Hasyiyahnya atas Al-Asybaah Wan Nadzoo’ir,dan itu juga senada dengan apa yang dikatakan Al-Imam As-Suyuutiy Asy-Syafiiy,mereka berkata bahwa dhorurat adalah :

بلوغ المكلف حدا إن لم يتناول الممنوع (المحرم) هلك أو قارب

“Sampainya seorang mukallaf kepada suatu batasan,yang mana jika dia tidak tidak mengambil hal yg dilarang (diharamkan) maka ia akan binasa atau mendekati binasa” (Qooidatud Dhoruuraat Tubiihul Mahdzuuraat Watathbiiquha Al-Mu’aashiroh Fil Fiqhil Islamiy,Doktor Hasan As-Sayyid khottob,hal : 155,Majallatul Ushuul Wan-Nawaazil)

Berkata Al-Imam Asy-Syathibiy :

” Darurat adalah sesuatu yang harus dilakukan demi terciptanya maslahat agama dan dunia,yang mana jika tidak maka tidak didapatkan kemaslahatan dunia lurus,justru malah timbul kerusakan dan kegaduhan serta hilangnya jiwa,disisi lain hilangnya kejayaan dan kenikmatan,dan kembali dengan kerugian yang nyata (Al-Muwafaqqot,Asy-Syathibiy,jilid II,Hal : 17 – 18,cet,Darul Ibnil Qoyyim)

Berikut juga defenisi Dhorurat menurut Syaikh Doktor Sa’ad bin Naashir bin Abdul Aziz Asy-Syitsriy Hafidzohullah :

ما يلحق العبد ضرر بتركه بحيث لا يقوم غيره مقامه

“Apa saja yang jika seorang hamba meninggalkannya maka ia akan terkena mudhorot,dimana tidak ada jalan lain selain itu” (Syarhul Mandzumah As-Sa’diyyah Fil Qowaa’idil Fiqhiyyah,Syaikh Doktor Sa’ad bin Naashir bin Abdul Aziz Asy-Syitsriy,Hal : 70,cet,Daarul Kunuuz Isybiiliya)

Dari defenisi-defenisi diatas teranglah bagi kita bahwa darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mendapatkan jalan lain kecuali jalan harom,contoh simpelnya :

Seseorang tidak makan berhari-hari sebab tidak memiliki makanan kecuali daging babi,maka dia boleh memakan daging babi tersebut,dengan alasan darurat,dengan syarat memakan sekedarnya saja.

Tentunya ini berseberangan dengan apa yang difahami oleh sebagian orang awam yang suka berbuat dosa dengan dalil darurat.

Ada yang kerja di Mall,rela buka aurat atau kerja di bank ribawiy atau juga melacur tiap malam dengan alasan darurat,maka kita katakan ini harom,sama sekali itu bukan darurat ,kenapa ? Karena disana masih bisa didapatkan kerja halal selain itu.

Apakah anda mati jika tidak kerja di Mall yg wajib buka aurat ? Apa anda mati jika tdk kerja di bank ribawiy ? apa anda mati jika tidak tidak melacur ? tentunya nggak kan ?? Kalau begitu itu bukan darurat.

Kalau boleh saya sederhanakan “DARURAT” itu hanya ada jika anda tidak menemukan cara lain selain cara harom,jika anda masih mendapatkan cara yang halal maka tidak ada kata “Darurat”.

Barakallahu Fiikum

Oleh : Abu Turob Faruq Sinambela Ad-Dammuniy di Hadhromaut

Note : Insya Allah di efisod selanjutnya kita akan sampaikan tentang syarat – syarat penggunaaan kaedah fiqhiyyah di atas,sebab keadaan darurat tidak serta merta membuat yg harom jadi halal,mesti terpenuhi syarat-syaratnya barulah hal yang harom tadi dibolehkan.

@Silahkan di share ke yang lain,gak perlu izin-izin.
==========================
Referensi :

1. Muwaafaqoot,Asy-Syathibiy,Cet Darul Ibnil Qoyyim

2. Mandzumah Al-Qowaaidil Fiqhiyyah Wa bihamisyihi Fawaaid wata’liqoot Ash-habul Fadhilah ibni Utsaimin Wa Abdullah Al-Bassam,cet, Dar Ibnil Jauziy)

3. Syarh Mandzumah As-Sa’diyyah Fil Qowaaidil Fiqhiyyah,Syaikh Doktor Sa’ad bin Naashir bin Abdul Aziz Asy-Syitsriy

4. Qooidatudh Dhoruurat Tubiihul Mahdzuuraat Dirasatut Tathbiqiyyah At-Ta’shiiliyyah,Syaikh Doktor Tholib bin Umar bin Haidaroh Al-Katsiriy

5. Qooidatud Dhoruuraat Tubiihul Mahdzuuraat Watathbiiquha Al-Mu’aashiroh Fil Fiqhil Islamiy,Doktor Hasan As-Sayyid khottob,Majallatul Ushuul Wan-Nawaazil)

Tinggalkan komentar