Pada Mei 2014, Ketika Mantan Presiden SBY bertemu Putra Mahkota Brunei Darussalam, Beliau mengatakan, “Hubungan kita sangat dekat. Mudah-mudahan membawa barokah bagi kedua bangsa…”
Presiden SBY mengharapkan barokah bagi kedua Negara. Tapi masalahnya apakah barokah itu? Apakah Putra Mahkota Brunei Darussalam memahami barokah seperti apa yang SBY pahami dalam perkataan SBY tersebut.
Apakah Indonesia sudah mendapat barokah dari yang Beliau maksudkan?
Bisakah Barokah dijelaskan secara spesifik dan operasional? Mari kita bahas.
Menurut Imam al-Ghazali :
Berkah = Ziyadatul Khair = Bertambahnya kebaikan.
Artinya ada tambahan kebaikan atas sesuatu.Seharusnya sesuatu itu mempunyai manfaat sebesar “sepuluh”, ternyata ada tambahan manfaat sebesar “sekian”, maka “sekian” tersebut adalah berkah.
Berkah atau barokah sendiri berasal dari kata barokah (البركة) yang artinya nikmat.
Maka tepat sekali ketika SBY mengaharapkan barokah. Beliau berharap hubungan Indonesia dengan Brunei membawa tambahan kebaikan yang membawa kenikmatan.
Lalu pertanyaannya, kebaikan dan kenikmatan yang semacam apa?
Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 96 yang artinya :
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).
Dari ayat di atas ada yang menerjemahkannya bahwa berkah ada dua. Yaitu berkah langit (barokatus sama’) dan berkah bumi (barokatul ardl). Secara bahasa berkah langit adalah berkah yang berasal dari langit, seperti hujan. Sedangkan secara istilah berkah langit berarti kebaikan-kebaikan yang bersifat akhirat semacam keimanan, ketenangan hati, ketaqwaan, kebahagiaan dan lain sebagainya.
Berkah bumi adalah berkah-berkah yang berasal dari alam dan lebih bersifat fisik. Misalkan saja seperti buah-buahan, binatang ternak, hasil panen, kesehatan dan lain sebagainya.
Dari semua definisi di atas kita bisa mendefinisikan keberkahan menjadi sebuah kalimat padat yaitu :
Keberkahan adalah tambahan kebaikan yang mengandung kenikmatan, baik berupa kenikmatan bersifat akhirat maupun dunia.
Maka, yang seharusnya ada dalam Pikiran SBY dan Pangeran Brunei ketika itu adalah :
Dengan adanya hubungan antara Indonesia dengan Brunei, tercipta tambahan kebaikan bagi penduduk negeri yang mengandung kenikmatan bagi rakyatnya, baik berupa kenikmatan akhirat maupun dunia.
Lagipula, sudah merupakan tugas utama pemimpin untuk menciptakan berkah bagi yang dipimpin bukan?
Dan sekarang, di KafeBerkah ini kita berbicara atas kepemimpinan kita atas harta kita, dan bertanya, Bagaimana kita bisa menghasilkan berkah dari harta kita.
Artikel Lanjutan: